Samarinda (ANTARA) - Program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) Kementerian Kehutanan RI memfasilitasi kelompok masyarakat (Pokmas) kawasan pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), memetakan biodiversitas mangrove untuk mewujudkan kelestarian lingkungan bagi ekonomi berkelanjutan.


Kelompok masyarakat yang difasilitasi pemetaan biodiversitas (keanekaragaman hayati) mangrove tersebut berada di dua desa, yakni Desa Sepatin dan Desa Kutai Lama. Keduanya berada di Kecamatan Anggana, Kukar.


"Pemetaan biodiversitas mangrove ini kami lakukan dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA)," kata Staf Safeguard Program M4CR Kementerian Kehutanan, Alfadhli di Samarinda, Jumat.



Dalam pemetaan biodiversitas menggunakan alat sederhana berupa lembar plano, spidol, dan poster jenis satwa, warga berhasil mengidentifikasi lebih dari 40 jenis flora dan fauna yang masih menghuni kawasan mangrove di kedua desa tersebut.






Dalam proses PRA, warga berdiskusi secara terbuka mengenai waktu kemunculan satwa, tingkat kelimpahan, perilaku harian, hingga dampaknya terhadap pertumbuhan mangrove.


Informasi tersebut kemudian dituliskan bersama dalam matriks besar, sehingga dapat dikoreksi, diverifikasi, dan disepakati oleh seluruh peserta. Metode visual ini efektif, karena memudahkan warga mengingat pengalaman harian mereka di kawasan mangrove.


Pendekatan ini juga mengangkat kembali pengetahuan ekologis lokal yang selama ini hidup dalam praktik masyarakat pesisir.


"Melalui PRA, warga tidak hanya memberikan data, tetapi turut menganalisis kondisi ekosistem secara kolektif. Bahkan, warga menjadi analis utama ekosistemnya sendiri. Dengan alat sederhana, mereka mampu menghasilkan gambaran biodiversitas yang sangat detail," ujar Alfadhli.


Data yang terkumpul dari dua desa ini mencakup keberadaan primata, seperti bekantan, burung air, reptil mangrove, hingga tanda-tanda menurunnya populasi pesut di kawasan sungai.






Informasi tersebut menjadi dasar awal dalam penyusunan rencana pengelolaan biodiversitas dan mitigasi gangguan satwa terhadap rehabilitasi mangrove yang sedang berlangsung.


Sementara Wignya Utama, selaku Sustainable Mangrove Management Coordinator Program M4CR, mengatakan bahwa kondisi ekosistem mangrove dan jasa lingkungan berdasarkan kajian ilmiah serta citra satelit Delta Mahakam 1984–2025, menunjukkan adanya konversi besar-besaran mangrove menjadi tambak sejak 1990-an hingga kini.




Peningkatan area terdegradasi berdasarkan data perubahan lahan 1999-2022 (Clark Lab), terjadi penurunan tutupan mangrove signifikan, membuat pesisir semakin rentan abrasi dan intrusi air laut.


Mangrove memiliki peran strategis dalam mendukung ekosistem dan ekonomi masyarakat, antara lain menyaring limbah tambak (2–5 ha mangrove per 1 ha limbah), menjadi habitat lebih dari 3.000 spesies ikan.






"Mangrove mampu menyimpan karbon 3–5 kali lebih besar dibanding hutan daratan, memberikan perlindungan pantai lima kali lebih hemat dibanding infrastruktur buatan, memberikan nilai ekonomi jasa ekosistem," katanya.