TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Suasana di sebuah rumah sederhana di Dusun Krajan, Desa Kradon Lor, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, dipenuhi rasa duka pada Jumat (12/12/2025) menjelang petang.

Di ruang tamu, Andre Mahrozi (25) duduk menunduk, matanya berkaca-kaca. 

Camat Suruh, Vega Lazuardi yang saat itu datang ke rumahnya, meraih bahunya dan mencoba memberikan sedikit kekuatan.

Andre masih belum lupa mengenai kabar menyedihkan yang menimpa ibunya, Siti Fatonah.

Siti Fatonah merupakan pekerja migran Indonesia yang menjadi satu di antara korban meninggal dalam kebakaran yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court, Tai Po, Hong Kong.

Percakapan Terakhir

Kenangan terakhir Andre tentang ibunya begitu sederhana, namun tak bisa dilupakannya.

“Waktu hari kejadian itu, sebelum hilang kontak, saya dan almarhumah ibu saya sempat komunikasi lewat video call paginya. 

Ibu tanya saya sudah makan atau belum,” tutur Andre, pelan.

Pada peristiwa itu, kebakaran dahsyat melanda apartemen tempat ibunya bekerja. 

Api yang mulai muncul pada Rabu (26/11) sekitar pukul 14.51 waktu setempat, menjalar sangat cepat dan merambat ke sejumlah blok.

“Tengah malamnya saya dikabari teman ibu bahwa ibu hilang kontak.

Kami sekeluarga cuma bisa menunggu, apinya katanya sampai dua atau tiga hari belum padam,” imbuh dia.

Setelah penantian itu, keluarga mendapat konfirmasi resmi dari Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) pada Sabtu, 29 November 2025.

“Akhirnya kami dapat konfirmasi, ibu saya ditemukan.

Rencana, jenazah ibu akan secepatnya dibawa pulang ke sini,” ujar Andre.

Kebakaran di kompleks Wang Fuk Court, distrik Tai Po, menjadi satu di antara tragedi paling kelam di Hong Kong. 

Status alarm dinaikkan hingga tingkat tertinggi (5-alarm), dan api baru padam setelah lebih dari 43 jam, Jumat, 28 November.

Ratusan orang meninggal, beberapa di antaranya Warga Negara Indonesia. 

Siti Fatonah telah bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia selama sekitar tujuh tahun.

Andre mengenang ibunya sebagai pribadi yang kuat, pekerja keras, dan selalu mengutamakan keluarga.

“Padahal dulu rencananya, dua tahun lagi selesai kontrak akan pulang dan menetap di sini,” pungkas Andre.

Sementara itu, Camat Suruh, Vega Lazuardi mengatakan bahwa rombongan pejabat dari Kementerian P2MI hadir langsung ke rumah duka pada Jumat.

Direktur Literasi Keuangan dan Pemanfaatan Remittansi Ramadhan, bersama Ketua Tim Perlindungan dan Pemberdayaan PMI Jawa Tengah Danang Adil Luhur, Kepala Disnaker Kabupaten Semarang M Taufiqurrahman, serta Kepala Desa Kradon Lor Saiful Hadi, menyerahkan santunan kepada keluarga.

“Negara melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian P2MI akan berupaya mempercepat kepulangan jenazah almarhumah ke rumah duka, mengingat proses administrasi antarnegara membutuhkan waktu,” jelas Vega kepada Tribunjateng.com.

Santunan sebesar Rp20 juta diserahkan kepada Triyono, suami Siti Fatonah, yang duduk didampingi kedua anaknya.

Pihak kementerian memastikan tidak ada pungutan apa pun selama proses pemulangan jenazah.

“Kami turut berduka cita. 

Mudah-mudahan keluarga diberikan kesabaran, keikhlasan, serta kekuatan,” pungkas Vega. (*)

Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.