TRIBUNJATIM.COM - Desi, seorang istri sekaligus ibu terus memutar otak untuk membantu suaminya bisa mendapatkan uang.

Usaha yang dilakukan Desi jika ramai ternyata bisa meraup keuntungan ratusan ribu dalam sehari.

Desi berjualan lumut di lalu lintas Malang-Blitar dan membawa pulang ratusan ribu sehari.

Tak meninggalkan tanggungjawabnya sebagai ibu, Desi nyambi momong anaknya saat berjualan.

Desi si penjual lumut

Lalu lintas Malang-Blitar, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang tampak ramai pada Selasa (9/12/2025) siang.

Sementara di trotoar Jalan Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, terlihat seorang perempuan penjual lumut, bernama Yuda Desi Hidayati (42).

Ia tampak sibuk melayani pemancing yang membeli lumut kepadanya.

Senyumnya terlihat merekah sepanjang ia melayani setiap pembelinya, meski jelas wajahnya terlihat lelah.

Sebab, selain seharian berjibaku melayani pelanggannya yang datang dan pergi, ibu tiga anak itu juga sembari menjaga anak bungsunya yang masih berusia 2 tahun.

"Iya anak saya bawa, karena masih berusia 2 tahun," ungkapnya saat ditemui, Selasa (9/12/2025), dikutip TribunJatim.com dari penelusuran Kompas.com, Jumat.

Sehari-hari, Desi memang harus berjualan lumut sambil membawa anaknya.

Hal itu tidak lain demi membantu suaminya mencari nafkah mencukupi kebutuhan sehari-harinya yang semakin hari semakin banyak.

Penjual lumut di trotoar Jalan Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Yuda Desi Hidayati (42).(IMRON HAKIKI/KOMPAS.com)
Penjual lumut di trotoar Jalan Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Yuda Desi Hidayati (42).(IMRON HAKIKI/KOMPAS.com) ()

Mulai dari kebutuhan sehari-hari, hingga kebutuhan pendidikan anak keduanya.

Meski harus membawa anaknya yang masih berusia 2 tahun, Desi tetap berjualan. Sebab, di rumahnya tidak ada orang yang bisa dititipi.

Di samping itu, perempuan warga Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen harus menyusui bayinya tersebut.

Di sela-sela kesibukannya melayani pelanggan, Desi menyempatkan diri menyusui anak perempuannya itu.

Sedangkan suaminya, Muhammad Kholiq sehari-hari juga bekerja sebagai penjual mainan.

Kemudian, anak pertamanya juga sudah berkeluarga, dan anak keduanya setiap hari bersekolah.

"Alhamdulillah, selama saya berjualan dia tidak rewel. Seperti saat ini dia sedang tidur," tuturnya.

Beruntung, penjualan lumutnya sebanyak 3 sak setiap hari habis sehingga ia selalu tersenyum pulang ke rumah, dan lelahnya lelahnya cukup terbayarkan.

"Keuntungan bersih berkisar Rp 100 hingga Rp 150 ribu per hari," jelasnya.

Hasil penjualan lumut itu akan digunakan Desi untuk kebutuhan sehari-hari.

Sementara penghasilan suaminya akan ditabung untuk kebutuhan biaya pendidikan anak keduanya yang sedang mengeyam pendidikan sekolah menengah atas (SMA).

"Alhamdulillah cukup. Kadang kalau ada kebutuhan mendadak ya kurang. Kalau sudah begitu ya terpaksa hutang dulu biasanya," bebernya.

Desi menyebut, ia mendapatkan lumut itu dari mencari sendiri di area persawahan yang berada di kawasan Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Setiap kantong plastik, lumut tersebut dibanderol dengan harga Rp 5.000.

"Lumut ini fungsinya untuk pakan ikan ternak. Kadang juga buat umpan bagi orang mancing," tuturnya.

Bagaimana Desi cari lumut?

Lumut adalah tumbuhan tanpa pembuluh yang dikenal sebagai tumbuhan perintis. Tahukah kamu di mana habitat tumbuhan lumut? Berikut adalah penjelasannya!

Lumut adalah tumbuhan yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. 

Lumut dikenal memiliki habitat di lingkungan yang lembap dan tidak mendapatkan cukup sinar matahari. 

Namun nyatanya sebagaimana dilansir dari Encyclopedia Britannica, lumut tersebar di seluruh dunia kecuali di air asin. 

Artinya, lumut memiliki habitat di mana saja di seluruh dunia kecuali lautan. 

Tumbuhan yang hanya tumbuh setinggi satu sel ini dapat ditemui di seluruh daratan di bumi. 

Lumut dapat tumbuh di sungai, puncak gunung, hutan hujan tropis, gurun, bahkan kutub utara kecuali di laut yang memiliki air asin. 

Hal tersebut karena lumut dapat bertahan hidup di lingkungan yang minim air seperti gurun, kutub, dan bebatuan. 

Dilansir dari The British Bryological Society, banyak lumut telah mengembangkan struktur daun yang rumit dan indah untuk meminimalkan kehilangan air dan menjaga efisiensi fotosintesis. 

Selain itu, lumut juga dapat menangkap air dari kelembapan yang disebabkan oleh hujan ataupun kabut. 

Hal tersebut membuat lumut dapat tumbuh di lingkungan tandus yang bahkan tidak bisa ditinggali oleh tumbuhan mana pun. 

Keberadaan lumut dalam lingkungan tersebut kemudian akan memicu pertumbuhan ekosistem, sehingga lumut dikenal sebagai organisme perintis. 

Dilansir dari Smithsonian Tropical Research Institute, lumut juga menjadi suksesi ekologi pada suatu ekosistem yang mengalami gangguan seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan penggundulan hutan. 

Lumut menjadi tumbuhan yang pertama tumbuh di ekosistem rusak tersebut dan menjadi dasar bagi regenerasi ekosistem. 

Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.