WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Seiring pesatnya perkembangan teknologi medis, akurasi dan keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam tindakan operasi, khususnya pada kasus bedah saraf.
Menjawab tantangan tersebut, kini ada teknologi baru “Spinal Neuronavigation” di mana ini merupakan —sebuah sistem GPS canggih untuk tubuh manusia—yang fungsinya meningkatkan presisi tindakan operasi tulang belakang.
dr. Dimas Rahman Setiawan, SpBS, MARS, FTB, FINSS, membahas tantangan mikroskopis operasi tulang belakang.
Hal ini dikatakan dalam rangkaian Ilmiah Seminar Kesehatan ber-SKP Kemenkes, secara luring dan darling (hibrida) yang menghadirkan tiga Dokter Spesialis Bedah Saraf dari Rumah Sakit Jakarta.
Sebagai contoh kasus Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dan stenosis spinal (penyempitan saluran saraf). Ini adalah kasus yang butuh akurasi tingkat tinggi, dimana area operasi sangat sempit dan berdekatan dengan struktur saraf vital.
Secara mendetail, dr. Dimas membahas teknologi Neuronavigation bekerja layaknya sistem GPS intraoperatif yang memetakan anatomi pasien secara real-time dalam tiga dimensi (3D).
“Teknologi ini memungkinkan dokter "melihat" struktur di balik tulang tanpa harus melakukan pembukaan otot yang lebar,” jelasnya lewat keterangan, Jumat (12/12/2025).
Dengan bantuan teknologi neuronavigasi, identifikasi batas tulang menjadi lebih jelas. Teknologi ini membantu menentukan seberapa banyak tulang lamina yang harus diangkat (laminotomi) untuk membebaskan saraf tanpa mengganggu stabilitas tulang belakang.
Dipaparkan juga mengenai drastisnya penurunan risiko cedera iatrogenic hingga pendarahan, karena instrumen bedah dapat dilacak pergerakannya di layar monitor dengan akurasi sub-milimeter.
Sementara Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, Subspes, N-TB, SpKP, FINSS, FINPS, AAK menyoroti prosedur bedah tulang belakang (scoliosis).
Menurut Dr. Wawan, kompleksitas anatomi pada tulang belakang yang mengalami rotasi dan kelengkungan ekstrem, masih menjadi tantangan.
Dimana, penanda anatomi (anatomical landmarks) konvensional sering kali sulit dikenali atau bahkan hilang.
Teknologi Neuronavigasi dalam pemasangan pedicle screw (sekrup tulang belakang) pada vertebra memandu trajektori sekrup agar tepat berada di dalam pedicle (jembatan tulang), menghindari risiko sekrup menembus saluran saraf (yang dapat menyebabkan kelumpuhan) atau mencederai pembuluh darah besar di sekitar aorta.
Teknologi ini juga membantu merencanakan strategi derotation (pemutaran balik tulang) untuk mengembalikan keseimbangan tubuh (sagittal and coronal balance) secara fisiologis.
dr. Danu Rolian, SpBS, FINSS, FINPS, membahas penanganan fraktur kompresi vertebra, yang umumnya disebabkan oleh osteoporosis atau trauma.
Fokus padaprosedur Kyphoplasty—teknik menyuntikkan semen tulang khusus untuk mengembalikan kekuatan, tinggi ruas tulang belakang yang remuk hingga menghilangkan nyeri.
Menurutnya, teknologi neuronavigasi dapat meningkatkan akurasi jalur jarum. Memastikan jarum balloon kyphoplasty masuk tepat di tengah badan vertebra (corpus vertebrae) dari sisi kiri dan kanan secara simetris.
Lebih lanjut penempatan balon yang presisi dapat mengembalikan ketinggian tulang belakang yang kolaps secara optimal, mencegah terjadinya kifosis (bungkuk) permanen di kemudian hari.
Mewakili Manajemen Rumah Sakit Jakarta, Prof. dr. Budi Sampurna, Sp.F, SH, DFM, Sp.KP selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit menyampaikan antusiasmenya terhadap penyelenggaraan acara ini.
“Penerapan Spinal Neuronavigation bukan sekadar tren teknologi, melainkan komitmen Rumah Sakit Jakarta untuk menghadirkan standar keselamatan tertinggi bagi pasien (Patient Safety),” tegasnya.
Acara ini diharapkan dapat memfasilitasi pertukaran ilmu bagi para sejawat dokter agar teknik operasi yang presisi dan minim risiko ini dapat semakin luas dikenal dan diterapkan di Indonesia.
Contact to : xlf550402@gmail.com
Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.