Terlihat serupa tapi sebenarnya karedok, gado-gado, dan lotek punya perbedaan yang begitu mendasar. Tapi yang jelasnya, semuanya nikmat disantap.

---

Intisari hadir di whatsapp channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Sekilas terlihat sama, tapi sejatinya mereka semua tidak sama. Itulah yang terjadi pada karedok, gado-gado, dan lotek.

Pada dasarnya, makanan-makanan di atas menggunakan bahan dasar yang sama. Tapi, sebagaimana disebut di atas, ketiga makanan itu punya perbedaan yang begitu mendasar.

  1. Karedok

Makanan khas Sunda ini menggunakan sayuran mentah seperti mentimun, taoge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sayuran tadi dipotong-potong, mirip salad.

Yang membedakan, karedok disiram dengan bumbu kacang. Lebih enak lagi kalau ditambahkan kerupuk di atasnya.

Mengutip Sajian Sedap, karena adalah makanan khas Jawa Barat. Makanan yang terbuat dari ragam sayuran segar ini sering disamakan dengan pecel.

Yang membedakan, karedok memakai sayuran segar tanpa diolah, sementara pecel memakai sayuran segar namun direbus terlebih dahulu. Namun keduanya memiliki kesamaan menggunakan sambal kacang sebagai campuran.

Meskipun demikian, ternyata karedok ini memiliki sejarah panjang loh. Seperti pada umumnya makanan daerah, biasanya terdapat fakta unik mengenai asal-usulnya.

Konon karedok ini berasal dari sebuah perkampungan karedok di Jatinegara, Sumedang, yang terletak di seberang sungai Cimanuk. Daerah itu dulunya adalah wilayah Sumedang Larang atau yang dikenal juga dengan negara Mayeuti (sebutan masyarakat pada waktu itu).

Suatu hari terjadi musibah tanah longsor yang menimpa sebuah perkampungan dan menyebabkan penduduknya pindah ke Rancakeong atau Babakan Dobol. Pada awalnya hanya ada 2 keluarga yang berada di sana hingga akhirnya menjadi 710 jiwa.

Cepatnya perkembangan itu karena daerah baru itu ternyata memiliki tanah yang subur sehingga banyak orang yang kemungkinan berdatangan dan memutuskan untuk menetap di sana. Pada waktu itu, Sumedang dipimpin oleh seorang bupati bergelar Pangeran Surait Atmaja.

Bupati tersebut senang sekali dengan aktivitas “ngalintar” atau menangkap ikan di sungai. Sepulang dari ngalintar di aliran sungai Cimanuk, dia biasanya singgah dan istirahat di Kampung Dobol.

Ketika beristirahat, masyarakat tahu jika yang beristirahat tersebut adalah seorang Bupati, dan menyuguhi sang pemimpin dengan karedok terong. Setelah mencicipi karedok tersebut, sang bupati merasakan kenikmatan yang luar biasa lalu kemudian dibicarakan kepada sesepuh Sumedang.

Dan ternyata para sesepuh Sumedang tertarik dengan cerita Bupati lalu pergi ke kampung Dobol untuk mencicipi Karedok tersebut. Lama-kelamaan, orang banyak berdatangan ke Kampung Dobol dan menyebutnya dengan sebutan Kampung Karedok yang hingga kini nama menjadi nama desa hingga kini.

  1. Gado-gado

Mirip dengan karedok, perbedaannya adalah gado-gado menggunakan sayuran yang sudah direbus. Dan ternyata, gado-gado yang ada di Jakarta berbeda dengan gado-gado yang ada di tempat lain.

Gado-gado khas Jakarta menggunakan bahan jagung pipil, sayuran rebus, kentang, lontong, tahu, tempe, dan telur. Sementara gado-gado di daerah lainnya menggunakan sayur kacang panjang, mentimun, wortel, selada, dan kentang.

Tapi mirip karedok, di akhir penyajian gado-gado ditambahkan saus kacang. Bumbu yang dicampurkan di saus kacang gado-gado, agak berbeda dengan ketoprak.

Yang juga khas dari gado-gado adalah biasanya ditambah dengan telur rebus dan kerupuk merah.

Mengutip Bobo, tak ada yang bisa memastikan dari mana asal gado-gado. Ada yang mengatakan bahwa makanan ini adalah kuliner khas Jakarta, sebagaimana diabadikan dalam lagu populer dari Jakarta berjudul “Gado-Gado Betawi” pada 1950-an.

Versi lain menyebutkan bahwa gado-gado adalah modifikasi dari pecel Jawa yang bercampur dengan budaya Tionghoa, yang sejak dulu disukai oleh Belanda.

Selain asal makanan, tidak ada juga yang tahu pasti mengapa nama makanan ini “gado-gado”. Ada yang mengatakan, nama ini diambil dari kata “digado” yang artinya dimakan tanpa nasi. Nah, gado-gado memang tidak dimakan bersama nasi karena sudah ada lontong di dalamnya.

  1. Lotek

Persamaan lotek dan gado-gado adalah sama-sama menggunakan sayur yang telah direbus, dan disiram dengan saus kacang. Perbedaannya adalah pada bahan sayur yang digunakan.

Lotek menggunakan kol, bayam, dan tauge. Rasa kencur yang kuat pada saus kacangnya membuat lotek juga berbeda dari gado-gado. Lotek bisa dimakan bersama ketupat atau nasi dan juga kerupuk yang renyah.

Mengutip Tribun Solo, kudapan ini sudah ada sejak era 1970-an dengan kisah yang begitu menarik di belakangnya. Kabarnya, seorang jurnalis asal Inggris yang sedang bertugas di Parongpong, Jawa Barat, ingin menikmati sebuah hidangan salad.

Namun, karena tidak ada penjual salad di daerah tersebut, dia pun berinisiatif untuk membuat salad dengan bahan-bahan seadanya yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembuatannya, dia menggunakan peralatan sederhana yang dikenal dengan sebutan low tech dalam bahasa Inggris.

Namun, pelafalan low tech ternyata cukup sulit bagi masyarakat Sunda pada saat itu. Sebagai solusinya, mereka menyederhanakan pelafalan tersebut menjadi lo-tek.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Sunda mulai menyebut hidangan tersebut dengan nama lotek, yang akhirnya dikenal hingga saat ini. Meskipun lotek berasal dari Jawa Barat, makanan ini kini telah menyebar luas ke berbagai daerah, termasuk Kota Solo.

Di Solo, lotek menjadi salah satu menu yang digemari, terutama karena kombinasi sayuran segar yang berpadu dengan bumbu kacang yang kaya rasa. Tidak heran, jika banyak penjual lotek di Solo yang menghadirkan berbagai varian lotek dengan ciri khas masing-masing.

Lotek Bu Lastri, misalnya, telah menjadi salah satu tempat favorit di Solo bagi pecinta kuliner. Meskipun berasal dari luar Solo, lotek ini tetap bisa diterima dengan baik oleh lidah warga Solo dan para wisatawan yang datang berkunjung.

Begitulah perbedaan mendasar antara karedok, gado-gado, dan lotek. Sebenarnya ada satu lagi yang dianggap setipe, namanya adalah ketoprak yang khas Jakarta.

Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.